29.7.09

Selembar Kertas Kosong


Banyak orang berkata kalau hidup ini adalah sebuah panggung sandiwara. Layaknya lagu yang dinyanyikan oleh alm. Nicky Astria.

dunia ini panggung sandiwara
ceritanya mudah berubah
kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani

setiap kita dapat satu peranan
yang harus kita mainkan
ada peran wajar dan ada peran berpura-pura

mengapa kita bersandiwara
mengapa kita bersandiwara

peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak
peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
dunia ini penuh peranan
dunia ini bagaikan jembatan kehidupan

mengapa kita bersandiwara
mengapa kita bersandiwara


Mungkin ada benarnya juga. Sebuah panggung sandiwara yang dilakoni oleh para aktor. Setiap aktor membawakan perannya masing-masing. Seperti manusia yang membawakan peran berbeda-beda, ada yang baik, jahat, pintar, bawel, pendiam, kaya, miskin, selalu beruntung, ada juga yang sepertinya selalu saja sial. Beragam peran dilakoni oleh manusia di sebuah panggung yang disebut bumi. Terkadang panggung itu memaksa penghuninya untuk memakai topeng. Topeng untuk melindungi diri dan tentunya membuat panggung dunia lebih berwarna dan hidup. Panggung sandiwara kehidupan itu disutradarai oleh Tuhan yang juga sekaligus produsernya. Tuhan - lah yang menciptakan panggung itu dan membuat skenario sandiwara para lakonnya.

Betapa saya mengagumi perumpaan itu sambil terus mencari pembenaran yang lain. Sebuah pembenaran lain dari sudut pandang yang hanya berbeda tiga derajat saja. kehidupan mungkin lebih mirip ayalnya seorang komikus dengan selembar kertas kosong. Seorang komikus dapat menorehkan apa saja yang ia mau pada kertasnya itu. bisa juga tak peduli dengan kemauan dan pendapat orang lain. ia dapat membuat cerita happy ending atau pun berakhir tragis. segala jenis cerita dapat ia torehkan, toh dia dalangnya ini. kertas kosong itu ayalnya sebuah kehidupan yang mempunyai banyak pilihan. si komikus tidak bukan adalah manusia itu sendiri, seorang dalang kehidupan. terserah manusia mau dia bawa ke mana kehidupan itu sebuah cerita tragis ataukah sebuah akhir bahagia? manusia itu sendiri yang menentukan pilihannya.

Tapi ada satu komponen lagi yang tak bisa kita lupakan... Bentuk standar sebuah komik. Dimana di dalamnya tersirat aturan-aturan dan pakem yang harus di taati. Seperti wujudnya yang penuh dengan gambar bercerita. bukan hanya tulisan seperti novel, dan bukan hanya gambar. aturan itu tentu bukan untuk membuatnya seragam. tetapi untuk mengingatkan dan menjaga agar si komikus tahu apa yang sedang dilakukannya, apa yang harus dilakukannya, apa yang boleh dilakukan, dan tidak dilakukan. Seperti halnya aturan-aturan yang ada di kehidupan ini. sesuatu yang halal, haram, dan sunah. sekumpulan aturan yang dibuat oleh sang Pencipta.

29.7.09

Selembar Kertas Kosong


Banyak orang berkata kalau hidup ini adalah sebuah panggung sandiwara. Layaknya lagu yang dinyanyikan oleh alm. Nicky Astria.

dunia ini panggung sandiwara
ceritanya mudah berubah
kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani

setiap kita dapat satu peranan
yang harus kita mainkan
ada peran wajar dan ada peran berpura-pura

mengapa kita bersandiwara
mengapa kita bersandiwara

peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak
peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
dunia ini penuh peranan
dunia ini bagaikan jembatan kehidupan

mengapa kita bersandiwara
mengapa kita bersandiwara


Mungkin ada benarnya juga. Sebuah panggung sandiwara yang dilakoni oleh para aktor. Setiap aktor membawakan perannya masing-masing. Seperti manusia yang membawakan peran berbeda-beda, ada yang baik, jahat, pintar, bawel, pendiam, kaya, miskin, selalu beruntung, ada juga yang sepertinya selalu saja sial. Beragam peran dilakoni oleh manusia di sebuah panggung yang disebut bumi. Terkadang panggung itu memaksa penghuninya untuk memakai topeng. Topeng untuk melindungi diri dan tentunya membuat panggung dunia lebih berwarna dan hidup. Panggung sandiwara kehidupan itu disutradarai oleh Tuhan yang juga sekaligus produsernya. Tuhan - lah yang menciptakan panggung itu dan membuat skenario sandiwara para lakonnya.

Betapa saya mengagumi perumpaan itu sambil terus mencari pembenaran yang lain. Sebuah pembenaran lain dari sudut pandang yang hanya berbeda tiga derajat saja. kehidupan mungkin lebih mirip ayalnya seorang komikus dengan selembar kertas kosong. Seorang komikus dapat menorehkan apa saja yang ia mau pada kertasnya itu. bisa juga tak peduli dengan kemauan dan pendapat orang lain. ia dapat membuat cerita happy ending atau pun berakhir tragis. segala jenis cerita dapat ia torehkan, toh dia dalangnya ini. kertas kosong itu ayalnya sebuah kehidupan yang mempunyai banyak pilihan. si komikus tidak bukan adalah manusia itu sendiri, seorang dalang kehidupan. terserah manusia mau dia bawa ke mana kehidupan itu sebuah cerita tragis ataukah sebuah akhir bahagia? manusia itu sendiri yang menentukan pilihannya.

Tapi ada satu komponen lagi yang tak bisa kita lupakan... Bentuk standar sebuah komik. Dimana di dalamnya tersirat aturan-aturan dan pakem yang harus di taati. Seperti wujudnya yang penuh dengan gambar bercerita. bukan hanya tulisan seperti novel, dan bukan hanya gambar. aturan itu tentu bukan untuk membuatnya seragam. tetapi untuk mengingatkan dan menjaga agar si komikus tahu apa yang sedang dilakukannya, apa yang harus dilakukannya, apa yang boleh dilakukan, dan tidak dilakukan. Seperti halnya aturan-aturan yang ada di kehidupan ini. sesuatu yang halal, haram, dan sunah. sekumpulan aturan yang dibuat oleh sang Pencipta.