19.12.09

Unreasonable Morning

Seringkali kita mengeluh dengan keadaan yang bersikap tak adil. Selalu saja keadaan tidak seperti yang kita inginkan.


Seperti kisah dosen A yang walaupun sangat jenius tapi sudah sangat tua masih dipercaya mengajar mata kuliah yang sangat sulit dipahami. Semangat mengajar beliau sangat tinggi. Namun, apa daya fisik beliau tak bisa dibohongi. Kata-kata yang kelauar dari mulut beliau sudah tidak jelas. dan akhinya mahasiswa/i menganggap pelajaran beliau absurd. tidak jelas. pelajaran dewa. dengan nilai gaib. Mengikuti saran beberapa senior terdahulu, mahasiswa/i mem-pasrahkan nilai ujian mereka pada keberuntungan.


Apa yang harus dilakukan ketika keadaan tidak mendukung? Menyalahkan keadaan, sekitar, Sang Pencipta, atau diri sendir? Satu hal yang perlu di ingat:


God doesn’t give you the people you want. He gives you the people you need. To hurt you, to love you, to teach you, to break you, to turn you into the person you’re supposed to be.

Sepertinya kita harus pintar menghadapi keadaan. Karena ternyata penolakan, ketidakadilan, dan keadaan yang tidak mendukung yang akan membentuk diri kita... membuat diri kita menjadi lebih baik (?) but I'm not going to talk about those crap.

Sebagai salah satu mahasiswa dosen A, sepertinya saya akan menganut sistem pasrah saja. Karena sepertinya hanya itu jalan keluar satu-satunya untuk keadaan ini. Siapa yang bisa melawan 'nilai gaib' dan 'ke-absurd-an' ? Lebih baik saya menempatkan energi saya pada hal yang lebih jelas dan bermanfaat.


(dari seorang yang menggantungkan nilainya pada keberuntungan semata untuk ujian akhir mata kuliah dewa hari senin mendatang)

19.12.09

Unreasonable Morning

Seringkali kita mengeluh dengan keadaan yang bersikap tak adil. Selalu saja keadaan tidak seperti yang kita inginkan.


Seperti kisah dosen A yang walaupun sangat jenius tapi sudah sangat tua masih dipercaya mengajar mata kuliah yang sangat sulit dipahami. Semangat mengajar beliau sangat tinggi. Namun, apa daya fisik beliau tak bisa dibohongi. Kata-kata yang kelauar dari mulut beliau sudah tidak jelas. dan akhinya mahasiswa/i menganggap pelajaran beliau absurd. tidak jelas. pelajaran dewa. dengan nilai gaib. Mengikuti saran beberapa senior terdahulu, mahasiswa/i mem-pasrahkan nilai ujian mereka pada keberuntungan.


Apa yang harus dilakukan ketika keadaan tidak mendukung? Menyalahkan keadaan, sekitar, Sang Pencipta, atau diri sendir? Satu hal yang perlu di ingat:


God doesn’t give you the people you want. He gives you the people you need. To hurt you, to love you, to teach you, to break you, to turn you into the person you’re supposed to be.

Sepertinya kita harus pintar menghadapi keadaan. Karena ternyata penolakan, ketidakadilan, dan keadaan yang tidak mendukung yang akan membentuk diri kita... membuat diri kita menjadi lebih baik (?) but I'm not going to talk about those crap.

Sebagai salah satu mahasiswa dosen A, sepertinya saya akan menganut sistem pasrah saja. Karena sepertinya hanya itu jalan keluar satu-satunya untuk keadaan ini. Siapa yang bisa melawan 'nilai gaib' dan 'ke-absurd-an' ? Lebih baik saya menempatkan energi saya pada hal yang lebih jelas dan bermanfaat.


(dari seorang yang menggantungkan nilainya pada keberuntungan semata untuk ujian akhir mata kuliah dewa hari senin mendatang)